Menu

Bahaya Zoonosis dan Pentingnya K3 di Dunia Veteriner

 29 September 2025
 Fauzan
 Berita
 36
Bahaya Zoonosis dan Pentingnya K3 di Dunia Veteriner

Di balik peran dokter hewan dan petugas veteriner, ada risiko besar yang sering tak terlihat yaitu ancaman zoonosis. Zoonosis adalah penyakit yang menular dari hewan ke manusia, dan jumlahnya tidak sedikit. Rabies, flu burung, leptospirosis, anthrax, hingga infeksi E. coli hanyalah beberapa contoh yang membuktikan betapa rentannya masyarakat jika kesehatan hewan tidak terjaga. Dalam konteks inilah, peran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bidang kesehatan hewan dan masyarakat veteriner menjadi sangat penting.

Bagi sebagian orang, K3 sering dipersepsikan hanya untuk pekerja industri, pertambangan, atau kesehatan manusia di rumah sakit. Padahal, tenaga veteriner menghadapi tantangan yang sama seriusnya. Salah satu yang paling besar adalah penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia. Contoh yang sering dijumpai antara lain rabies, antraks, brucellosis, leptospirosis, flu burung, hingga toxoplasmosis. Tanpa perlindungan yang baik, pekerja bisa menjadi korban sekaligus perantara penyebaran penyakit tersebut ke masyarakat. Mereka setiap hari bersentuhan langsung dengan hewan ternak, hewan peliharaan, atau satwa liar yang bisa menjadi reservoir penyakit menular. Risiko paparan darah, cairan tubuh, gigitan, cakaran, hingga bahan kimia desinfektan adalah ancaman nyata yang mereka hadapi. Sayangnya, profesi ini sering kurang mendapat perhatian dalam hal perlindungan kerja.

Jika ditelaah lebih jauh, penerapan K3 pada bidang veteriner tidak hanya menyangkut keselamatan individu petugas veteriner. Lebih dari itu, ia berhubungan langsung dengan kesehatan masyarakat luas. Seorang petugas lapangan yang terinfeksi penyakit dari hewan berpotensi menjadi perantara penyebaran ke orang lain. Tanpa sistem pencegahan yang kuat, risiko terjadinya wabah penyakit bisa meningkat. Pandemi COVID-19 seharusnya menjadi pengingat bahwa penyakit yang berawal dari hewan bisa menimbulkan krisis global yang menghantam seluruh aspek kehidupan.

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penerapan K3 di bidang veteriner masih belum optimal. Banyak tenaga lapangan yang bekerja tanpa alat pelindung diri (APD)memadai. Sarung tangan, masker khusus, sepatu bot, hingga pelindung wajah masih sering dianggap sebagai pilihan, bukan kebutuhan wajib. Belum lagi keterbatasan fasilitas di laboratorium veteriner yang bisa meningkatkan risiko paparan patogen berbahaya. Hal ini tidak hanya membahayakan petugas, tetapi juga membuka celah penyebaran penyakit.

Penerapan K3 tidak hanya memberi manfaat langsung bagi petugas veteriner, tetapi juga memiliki dampak luas terhadap masyarakat. Pertama, dengan adanya perlindungan yang baik, pekerja terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Hal ini meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka. Kedua, penerapan K3 mendukung keamanan pangan asal hewan. Produk hewan yang diproses di RPH dengan standar K3 akan lebih higienis dan aman untuk dikonsumsi. Konsumen pun terlindungi dari risiko penyakit yang mungkin ditularkan melalui daging, susu, atau telur. Ketiga, penularan zoonosis dapat ditekan. Dokter hewan dan petugas lapangan merupakan garda terdepan dalam mendeteksi dan mengendalikan penyakit menular dari hewan ke manusia. Dengan perlindungan yang baik, mereka bisa bekerja lebih efektif tanpa harus menjadi korban dari penyakit yang mereka tangani. Keempat, penerapan K3 juga membantu melestarikan lingkungan. Limbah peternakan dan RPH yang dikelola dengan baik tidak akan mencemari sungai, tanah, atau udara. Lingkungan yang sehat akan mendukung keberlanjutan industri peternakan sekaligus melindungi masyarakat di sekitarnya.

K3 dalam dunia veteriner mencakup tiga aspek utama. Pertama, perlindungan tenaga kerja melalui penyediaan APD, pelatihan keselamatan, dan pemeriksaan kesehatan rutin. Kedua, standar operasional kerja yang aman mulai dari prosedur pengambilan sampel, penanganan hewan, hingga pengelolaan limbah biologis. Ketiga, dukungan kebijakan dari pemerintah maupun institusi terkait agar penerapan K3 bukan hanya formalitas, melainkan benar-benar dijalankan dengan konsisten.

Selain faktor teknis, kesadaran akan pentingnya K3 juga harus ditanamkan. Edukasi tentang risiko zoonosis perlu diperluas, bukan hanya kepada tenaga veteriner, tetapi juga masyarakat umum. Banyak kasus zoonosis terjadi karena rendahnya pemahaman masyarakat mengenai cara penularan penyakit dari hewan. Misalnya, masih adanya praktik konsumsi daging yang tidak higienis, penanganan hewan tanpa perlindungan, atau anggapan bahwa penyakit pada hewan tidak berbahaya bagi manusia.

Peran media, akademisi, dan pemerintah menjadi penting untuk mengubah cara pandang ini melalui kampanye publik, penyuluhan, hingga integrasi kurikulum pendidikan, sehinggakesadaran akan K3 di bidang veteriner bisa diperkuat. Hal ini sejalan dengan konsep One Health, yang menekankan bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan saling terhubung. Artinya, jika salah satu aspek diabaikan, dampaknya akan terasa pada sistem kesehatan secara keseluruhan.

Menguatkan penerapan K3 di dunia veteriner bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Kita tidak bisa lagi menunggu hingga terjadi wabah besar baru kemudian bertindak. Justru langkah pencegahan sejak dini melalui penerapan K3 adalah investasi kesehatan yang paling cerdas. Melindungi tenaga veteriner berarti melindungi rantai pangan, mencegah penyakit lintas spesies, dan pada akhirnya menjaga kesehatan masyarakat secara luas.

Sudah saatnya perhatian terhadap K3 di bidang veteriner ditingkatkan. Pemerintah perlu menyediakan regulasi yang lebih kuat, institusi pendidikan harus membekali calon tenaga veteriner dengan pelatihan keselamatan yang memadai, sementara masyarakat perlu menghargai peran vital mereka. Tenaga veteriner bukan hanya bekerja untuk hewan, tetapi juga menjadi benteng pertama yang melindungi manusia dari ancaman penyakit berbahaya.

Dengan demikian, Keselamatan petugas veteriner adalah kunci menjaga kesehatan hewan, keamanan pangan dan kesehatan masyarakat. Jika mereka terlindungi, maka kita semua pun ikut terlindungi. Kesehatan hewan, kesehatan manusia, dan kesehatan lingkungan saling terhubung. Konsep One Healthmengajarkan bahwa kita tidak bisa memisahkan ketiganya. Karena pada akhirnya, memperkuat K3 di dunia veteriner bukan hanya soal melindungi pekerja, tetapi juga soal melindungi masa depan kesehatan masyarakat.(Medik Veteriner Ahli Madya dan Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman)

diposting oleh

...

Admin Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur

GPR

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Timur adalah instansi pemerintahan yang bergerak dalam mengolah peternakan yang ada di kalimantan timur untuk mengciptakan lahan ternak yang lebih luas agar dapat memenuhi target kebutuhan daging tiap tahunnya.