Kutim Menuju Ekonomi Kreatif Melalui Pelatihan Pengolah Hasil Hewan Ternak

Sangatta. Inovasi kreatif produksi pengolahan ragam kuliner berbahan dasar terus dikembangkan untuk menjadi komoditi ekonomi kreatif kemandirian masyarakat melalui pelaksanaan pelatihan pengolahan hasil hewan ternak yang dituanrumahi oleh Dinas Peternakan Kabupaten Kutim bekerja sama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Ternak Provinsi Kaltim baru - baru ini yang berlangsung di sarana olah raga lapangan bulu tangkis (indoor) kantor Diskominfo Perstik Kutim.
Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Ternak Provinsi Kaltim Sulastri mengatakan kegiatan pelatihan pengolahan hasil hewan ternak diharapkan nantinya dapat memberikan penghasilan tambahan rumah tangga. “Jalannya pelatihan ini pesertanya terdiri dari kalangan para ibu-ibu rumah tangga, yang mana tujuannya dalam memberikan modal usaha melalui ilmu yang didapatkan dalam mengolah beragam varian cita dan rasa kuliner dari hasil hewan ternak seperti daging ayam, daging sapi dan telor asin,” ujarnya saat diwawancarai wartawan KaltimKita.com.
Selain itu Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Ternak Provinsi Kaltim mengungkapkan sejauh ini dinasnya sebatas memberikan pelatihan. “Nantinya juga bisa saja hasil olahan ini dapat dipromosikan baik pada event – event tertentu baik yang dimotori oleh kader TP PKK Provinsi Kaltim hingga merambah ke PKK Kabupaten Kutim,” ujar Sulastri.
Sementara Kabid Peternakan Kabupaten Kutim H. Mardi Suaibman, SPt. M.Si giat pelatihan hasil hewan ternak merupakan suatu terobosan baik pengolahan membuat telor asin. “Pada pembuatan telor asin di sini kami mengajari ibu-ibu bagaimana caranya mengolah telur rasa yang benar-benar asin. Karena telor asin yang terasa asin di pasaran dapat dijual Rp 150 ribu sedangkan jika tidak terampil maka rasa telur terkadang juga tidak asin dan hanya mampu terjual di kisaran Rp 50 ribu saja,” bebernya.
Mengapa telur asin terbilang langka di Kutim, karena menurutnya selama ini kebanyakan telur asin hasil ternak hewan bebek didatangkan dari Banjarmasin begitu juga sosis dan nugget. “Mengapa kita tidak memiliki ikon telur asin, sosis, pentol baso khas Kutim. Jika kita piawai memanfaatkan hasil olahan ini dapat mendatangkan income sekaligus mendorong perputaran roda ekonomi di Kutim,” terang Mardi.
Mardi menjelaskan pelatihan termasuk menyiasati kondisi ekonomi yang carut-marut (melemah) akibat dampak dari pandemi covid-19, banyaknya krisis kesejahteraan standar ekonomi kelaikan hidup seperti sulit mendapatkan pekerjaan terlebih masa-masa corona, dirumahkan /PHK serta menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam membaca peluang usaha ekonomi kreatif ini. “Pelatihan terdiri dari 15 peserta, agenda ini kebetulan di tingkat Kaltim hanya Kutim dan Samarinda yang dipercaya menjadi tuan rumahnya. Sebenarnya kalau tidak suasana covid peserta membeludak tapi kita wajib menaati penerapan aturan protokol kesehatan (prokes),” ulasnya.
Ia mengungkapkan pelatihan didukung oleh beberapa narasumber pengusaha sukses UMKM/UKM yang mengembangkan bisnis kulinernya via online. “Prinsip saya hidup tidak perlu dibuat susah, terlebih di masa pandemi ini dapat tetap menghasilkan nilai rupiah dari hasil keterampilan membuat beragam rasa kuliner dari hasil hewan ternak,” kata Mardi.
Sumber: kaltimkita.com