Dalam sambutannya Mentri Pertanian memprioritaskan pada program Presiden Joko Widodo, dalam 100 hari kabinet kerja, yaitu :
ARAH KEBIJAKAN:
Pada sektor pertanian, peternakan, perkebunan memiliki peran strategis dalam menggerakan perekonomian nasioanl. Pada RPJMN 2010 s/d 2014, sector pertanian masih menjadi sector penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran stategis sector pertanian digambarkan dalam kontribusi nyata sector pertanian dalam penyedia bahan pangan dan bahan baku industry kecil dan menengah.
Kebijakan pembangunan pertanian kedepan perlu disesuaikan terkait dengan cakupan pembangunan pertanian yang lebih luas dan dan skala yang lebih meningkatkan pendapatan dan kesejahtraan petani
VISI & MISI PEMBANGUNAN 2015-2019
VISI : TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN
BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG
MISI: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
9 PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWACITA)
Sesuai Nawa Cita, pembangunan pertanian untuk mewujudkan kedaulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan, melalui:
(1) Kebijakan pengendalian impor pangan
(2) Pembangunan irigasi, bendungan, sarana jalan, dan transportasi, serta pasar.
(3) Rehab jaringan irigasi yang rusak untuk 3 juta ha lahan pertanian, dan 25 bendungan sampai tahun 2019.
(4) Pencanangan 1.000 desa berdaulat benih sampai tahun 2019.
(5) Subsidi pangan dan subsidi petani.
PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA :
Kementerian Pertanian akan melakukan program pencapaian swasembada padi, jagung, dan kedelai melalui rehab jaringan irigasi 1 juta ha per tahun dan penyediaan benih, alsintan, pupuk dan penyuluhan, Kondisi irigasi:
(1) Berdasarkan data dari Kemen PU&Pera, luas areal irigasi 7,1 juta ha terdiri dari: (1) kewenangan pusat 2,3 juta ha,(2) kewenangan provinsi 1,1 juta ha, dan (3) kewenangan kabupaten/kota 3,7 juta ha.
(2) Jaringan irigasi akan direhab 1 juta ha pada tahun 2015 terdiri dari:(1) kewenangan pusat 143,1 ribu ha, (2) kewenangan provinsi 281,6 ribu ha, dan (3) kewenangan kabupaten/kota 575,4 ribu ha.
(3) Program Rehabilitasi Jaringan Irigasi dengan dukungan benih, pupuk, alsintan dan penyuluhan, akan diperoleh produksi padi 73,40 juta ton GKG, sehingga surplus beras 9,63 juta ton dengan asumsi tingkat konsumsi 124,89 kg/kapita/tahun.
TARGET SWASEMBADA PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI, SERTA PENINGKATAN PRODUKSI GULA, DAN DAGING
LANGKAH OPERASIONAL PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI, SERTA PENINGKATAN PRODUKSI GULA, DAN DAGING
Padi : rehab jaringan irigasi primer dan sekunder 1 juta Ha (oleh Kementerian PU dan Perumahan Rakyat; rehab jaringan irigasi tersier 1,46 juta Ha; subsidi benih padi, pupuk, traktor R2, traktor R4, alsintan pasca panen.
Jagung : benih hibrida, pupuk, pengembangan dryer, penumbuhan pabrik pakan mini di sentra produksi, peningkatan penyerapan jagung lokal oleh industri pakan.
Kedelai : pengembangan sistem benih unggul, pupuk, dan keterkaitan industri tahu-tempe dan pakan ternak.
Gula : penyediaan benih tebu,bongkar dan rawat ratoon, revitalisasi pabrik gula, pengembangan investasi.
Daging : peningkatan produksi dan distribusi semen beku, gertak birahi dengan hormon PGF2,inseminasi buatan (IB) dan larangan pemotongan betina produktif.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
Pelaksanan Pertemuan Apresiasi Pengembangan Budidaya Unggas Lokal, dilaksanakan pada tanggal 19 s/d 20 Nopember 2014, bertempat di Kementrian Pertanian, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, ruang rapat utama I, Lantai 6 Gedung C, Jl. Harsono RMNo. 3 Pasar Minggu Jakarta Selatan. Acara tersebut dibuka oleh Direktur Budidaya Ternak ( Ir. Fauzi Luthan), Peserta yang hadir mengikuti Petemuan tersebut terdiri dari unsur-unsur daerah yaitu dinas yang membidangi fungsi-fungsi peternakan dan kesehatan hewan di 31 Provinsi, 7 Kabupaten/Kota, serta para Kasubdit lingkup Direktorat Budidaya Ternak dan Kasubag Tata Usaha Direktorat Budidaya Ternak.
Adapun narasumber dalam Apresiasi tersebut adalah :
- Balitnak Ciawi Bogor, Jawa barat, Dr.Ir. Tike Sartika,M.Sc. dengan materi Penyedian DOC danpulet dalam pengembangan budidaya unggas lokal.
- Kepala UPTD Jatiwangi Jawa Barat, Ir. Mita Rukmita, dukungan UPTD dalam kegiatan pengembangan unggas lokal.
- PT. Ayam Kampung Indonesia (AKI), dengan materi Kesiapan stakeholder dalam pengembangan budidaya unggas lokal.
- Ketua HIMPULI, Drs. Ade M.Zulkarnaen, dengan materi Peran HIMPULI dalam pengembangan kelembagaan peternak unggas lokal.
- Dinas Peternakan Kabupaten Bogor Jawa Barat dengan materi Pemanfaatan RRMC dalam penembangan budidaya unggas lokal.
Tujuan dari pertemuan apresiasi budidaya ayam ras adalah :
Berdasarkan arahan dari Direktur Budidaya ternak dalam pertemuan tersebut bahwa kondisi pangan asal ternak diIndonesia saat ini masih menunjukan kekukangan dalam pemenuhan daging dari dalam negeri, terutama untuk komoditas daging sapi, daging kerbau, daging kambing/domba, dan susu. Untuk kebutuhan daging dan telur unggas ras dapat dipenuhi dari dalam negeri (surplus) namun rantai proses produksi komoditas ini dikuasai beberapa perusahaan besar saja.
Dengan potensi yang besar unggas lokal belum diberdayakan secara maksimal oleh masyarakat. Ketersedian bibitunggas lokal yangberkualitas diberbagai daerah sangat mempengaruhi perkembangan populasi, selain harga pakan dan ketersedian bahan pakan lokal membuat peternak sangat tergantung dari pakan pabrik.
Perunggasan merupakan komodite yang secara riil mampu berperan dalam pembangunan nasional. Selain sebagai penyedia protein hewani yang mutlak diperlukan dalam pembangunan kesehatandan kecerdasan bangsa, sektor perunggasan juga memiliki peran yang penting dalam membangun perekonomian nasional.
Pengembangan unggas lokal (ayam,itik),aneka ternak (kelinci, puyuh) dan monogastrik (babi) merupakan program Kementrian Pertanian dalam hal ini Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam rangka mendukung pencapaian swasembada daging sapi dan peningkatan penyedian pangan hewani.
Berdasarkan data stasistik peternakan dan kesehatan hewan tahun 2014, saat ini populasi ayam lokal tahun 2013 meningkat sebesar 276,78 juta ekor(peningkatan 0,81%).Populasi aneka ternak tahun 2013 secara umum juga mengalami peningkatan, dimana komoditi puyuh sebesar 1,14 juta ekor (peningkatan 5,79%), sedangkanuntuk ternak kecil khususnya babitahun 2013 mengalami penurunan jumlah populasi sebesar 7,60 juta ekor (penurunan 3,82%).
Sebanyak 12,5 juta jiwa masyarakat Indonesia kehidupan ekonominya bergantung pada usaha perunggasan, ini membuktikan bahwa sektor perunggasan tidak dapat diremehkan, apalagi ditengah kondisi perekonomian bangsa yang memburuk tentunya usaha peternakan ayam lokal bisa menjadi satu alternatif dalam upaya penyedian lapangan kerja.
Ternak ayam lokal, kelinci, puyuh masih berpotensi untuk lebih dikembangkan,karena memiliki potensi dan keunggulan yang dimiliki antara lain dengan tersedianya :
- tenaga kerja dalam jumlah yangbesar dan murah
- bibit ternak yang tidak perlu diimpor
- sumber bahan pakan lokal yang melimpah